Ad Code

Responsive Advertisement

Optimis atau Pesimis ?

optimis atau pesimis
Dalam hidup kita selalu diajarkan untuk selalu bersikap optimis ketika akan melakukan sebuah kegiatan. Misalnya, ketika kita akan bertanding dalam sebuah pertandingan olahraga (dicabang olahraga apapun) tentu kita dituntut untuk berpikir optimis bisa mengalahkan lawan yang dihadapi. Tidak ada yang salah dengan penanaman pola pikir seperti itu, tapi pernahkah kita sadar bahwa menanamkan sikap 100% optimis kedalam diri sendiri justru memberikan efek samping yang justru bisa menjatuhkan mental bertanding kita sendiri. Kita kembali mengambil contoh seperti kasus di atas, saat kita menanamkan sikap 100% optimis, apa yang terjadi selama pertandingan ? saya yakin yang kalian rasakan justru hal-hal yang berkebalikan dari sikap optimis tersebut, seperti takut melakukan kesalahan atau takut justru pertandingan tersebut akan memberikan hasil yang bertolak belakang dengan keinginan kalian. Jika sudah seperti ini apa yang terjadi terhadap diri kalian ? sudah jelas kalian tidak bisa mengeluarkan permainan terbaik yang kalian miliki karena ada beban yang tertanam di dalam diri kalian, yakni wajib menang. Jika itu yang terjadi, lantas sikap seperti apa dong yang harus dimiliki ?

Lantas apakah kita harus menanamkan jiwa pesimis kedalam diri agar bisa bermain “lepas” dan tanpa beban ? ya tidak begitu juga kali. Jika kita menamkan jiwa pesimis ke dalam diri kita justru itu sangat berbahaya bagi kita sendiri. Lah kok bisa begitu ? pesimis itu artinya lebih kurang ibarat memandang rendah diri sendiri dan meninggikan pihak (orang lain), simpelnya kita terlalu melebih-lebihkan orang lain dan melupakan diri sendiri, padahal kita memiliki kemampuan untuk melampaui orang tersebut. Kita kembali mengambil contoh dari dunia olahraga, anggap saja tim sepak bola Indonesia akan bertanding melawan tim sepak bola Brazil. Seluruh pemain Indonesia pesimis bisa memenangkan pertandingan tersebut kerena mereka berpikiran bahwa pemain-pemain dari Brazil jauh lebih hebat dari mereka. Lantas apa yang terjadi ? sudah jelas, selama pertandingan pemain Indonesia tidak akan bermain dengan kemampuan terbaik mereka karena di alam bawah sadar mereka telah melahirkan pemikiran bahwa mereka lebih lemah dari lawan yang dihadapi (kalah sebelum bertanding itu istilah yang sering kita dengar selama ini).

Lalu, bagaimana dong kita harus bersikap ketika menghadapi sebuah hal ? jika optimis tidak boleh dan pesimispun tidak dianjurkan. Tidak ada cara lain kok kerena sikap yang dibutuhkan dalam hidup justru kedua sikap tersebut. Jika kita hanya menggunakan satu sikap (entah itu optimis saja atau pesimis saja) sudah jelas tidak akan memberikan hasil yang seperti diharapkan dan justru memberikan efek negatif terhapa kita. Jika satu saja tidak bisa kenapa kita tidak menggunakan kedua-duanya sekaligus ? itulah maksud saya sebenarnya.
 
Lah maksudnya gimana tuh ? kita kembali berhayal (yang penting jangan selalu menghayal ya karena hidup ini adalah kenyataan) agar lebih mudah untuk memahami maksudnya. Anggap saja pada saat ini kita sedang ujian dan dihadapkan sebuah soal fisika yang terlihat mudah tapi sulit, jika hanya berpikir optimis kita tentu mengatakan bahwa saya bisa menjawab soal tersebut (tapi jika seandainya jawaban yang kita dapatkan itu salah, pasti kita akan merasa kecewa karena kita sangat yakin bahwa jawaban yang didapat itu 100% benar). Sebaliknya, jika kita berpikir pesimis, kita dengan mudahnya membiarkan pertanyaan tersebut kosong tanpa melakukan apapun karena kita sudah menyerah terlebih dahulu sebelum mencoba. Lantas jika kita menggabungkan keduanya (optimis – pesimis), kita akan mengerjakan pertanyaan tersebut dengan bersungguh-sungguh jikalaupun jawabannya salah kita tidak akan kecewa karena kita telah berusaha untuk medapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut.
 
Kesimpulan sederhana dari bersikap optimis – pesimis  adalah lakukan dengan batas kemampuan yang kita miliki jika seandainya hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan kita tidak merasa kecewa karena kita telah melakukan apa yang kita bisa. Efek positif dari pola pikir seperti ini adalah jika hasilnya sesuai dengan harapan maka kita akan mendapatkan kepuasan yang tak ternilai dan jika hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita tidak akan merasakan kekecewaan yang mendalam alias kecewa sewajarnya saja.
Jadi, jika ada yang bertanya apakah harus bersikap optimis atau pesimis ? maka kalian tinggal menjawab : kenapa harus memilih salah satu jika keduanya justru lebih baik.

Post a Comment

0 Comments

Close Menu