Apa kabar Karang Taruna Indonesia ? Semoga dan tentu saja selalu dalam keadaan sehat, bahagia, dan menjalankan program kerjanya dengan lancar tanpa gangguan. Kelancaran saat menjalankan program kerja yang telah disusun pada masa awal-awal pelantikan kepengurusan (atau pun meneruskan proker dari kepengurusan yang sebelumnya) tentu sangat membahagiakan. Selain lancar tentu idaman kita bersama sudah tentu sukses.Sebenarnya, kami sangat iri dengan kalian karang taruna yang mendapatkan dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat untuk melaksanakan program-program kerja. Rasa iri yang kami alami ini bisa dikatakan telah memasuki tingkat ke-iri-an akut dan sangat-sangat ingin (setidaknya sedikit) seperti kondisi yang kalian alami tersebut. Kami sebagai Karang Taruna yang baru tumbuh tentu membutuhkan banyak dukungan dan support dari seluruh lapisan masyarakat dimana kami berdomisili, tapi sayang seribu sayang hal tersebut seperti mustahil bisa kami peroleh.
Apa kabar Karang Taruna Indonesia ? saat ini sebagian dari kalian tentu tengah menikmati kesuksesan dan keberhasilan hasil dari berjalannya program yang telah disusun. Ya, tidak sedikit dari kita, yang bahkan telah mencapai level internasional entah itu dari segi pengelolaan organisasi atau pun hasil dari program kerja yang telah dijalankan. Meskipun hanya sebagian kecil dari kita yang telah mencapai kesuksesan di level tersebut. Tapi, setidaknya sebagian besar dari kalian telah memasuki tingkatan Karang Taruna Kreatif yang mampu membuka lowongan kerja bagi anggotanya masing. Sekali lagi, kami hanya bisa merasa iri dengan semua pencapaian yang telah kalian raih tersebut.
Kami, hanya bisa mengatakan iri dan tidak bisa kami membohongi diri kami sendiri bahwa kami sangat amat jauh jaraknya dari pencapaian yang telah kalian raih tersebut. Dari jauh kami hanya bisa menerka, bahwa keberhasilan yang kalian raih itu sangat amat dipengaruhi oleh masyarakat sekitar dimana kalian bertempat tinggal terlebih lagi dukungan penuh dari pemerintahan desa. Sayang seribu sayang, kami justru tidak pernah merasakan hal yang seperti itu. Bukannya kami ingin mencurahkan kegelisahan kami, tapi itu adalah kenyataan yang kami hadapi setiap harinya. Jangankan untuk mendukung program kerja kami, yang ada malah mereka seakan-akan menutupi langkah kami untuk menjalankan proker kami tersebut.
Lantas muncul pertanyaan besar di benak kami, apa fungsi Karang Taruna itu sendiri disini ? Bukankah Karang Taruna yang merupakan wadah pengembangan generasi muda, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah Desa, yang terutama bergerak dibidang kesejahteraan sosial? Tentu hal ini menjadi bagian inti dari perkembangan sebuah desa, karena Karang Taruna itu sendiri merupakan organisasi yang membentuk karakter para calon pemimpin setidaknya di desa ini sendiri dimasa yang akan datang. Lalu, kenapa kondisi yang kami alami ini harus terjadi dan berkebalikan dari maksud dan tujuan awal dari terbentuknya organisasi ini sendiri ?
Berkeluh kesah tanpa dilandasi fakta tentu bukanlah ciri dari pola pikir Karang Taruna, sebelum kalian menilai kami hanya sekedar bualan belaka, berikut ini adalah beberapa alasan yang membuat kami seperti ada tapi tidak ada keberadaannya.
1. Tadarus Al-Qur’an dianggap korupsi
Setiap ramadhan tentu pada umumnya diramaikan dengan kegiatan tadarus al-qur’an pada malam harinya dan kami pun ikut meramaikannya. Tata caranya pun kami mengikuti jalan yang telah biasa kami lakukan pada ramadhan-ramadhan sebelumnya, yakni dilangsungkan di rumah masyarakat dengan pembagian kelompok (biasanya satu kelompok terdiri dari 6 – 10 kepala keluarga) dan iuran sebesar Rp. 5.000,- atau seikhlasnya per kelapa keluarga.
Nah, masalahnya ada pada iuran yang sebesar lima ribu perak tersebut. Pada malam harinya mereka membayar iuran tersebut tapi pada keesokan harinya yang terjadi justru berita simpang siuar yang mengatakan bahwa uang iuran tersebut tidak jelas digunakan untuk apa. Mereka menyebarkan berita tersebut tanpa terlebih dahulu menanyakan kepada kami, uang tersebut akan digunakan untuk apa. Padahal jika mereka menanyakannya kepada kami, kami telah menganggarkan bahwa uang tersebut akan digunakan untuk pelaksanaan MTQ.
Meski tidak semua masyarakat yang menyebarkan berita tidak benar tersebut, tapi, ya mereka yang mendengar juga memiliki pemikiran negatif terhadap kami. Meski, ada sebagian dari mereka yang mengklarifikasikannya langsung kepada kami, dan setelah mendapatkan penjelasan dari kami mereka (yang sebagian tadi itu) bisa menerima penjelasan kami dan menolak berita negatif yang beredar.
2. MTQ hanya pembukaan dan penutupan
Musabakoh Tilawatil Quran, meskipun hanya tingkat se-desa dimana kami berdomisili tapi setidaknya tentu mendapatkan perhatian yang lebih besar dari warga sekitar. Tapi, kenyataan yang ada , jangankan mendapatkan perhatian, mereka seakan berat untuk sekedar menyaksikan pelaksanaan MTQ. Pada saat pembukaan dan penutupan ya wajar kan mereka yang memiliki jabatan mau tidak mau hadir pada saat pelaksanaannya.
Di hari-hari pelaksanaan, jangankan untuk hadir meramaikan kegiatan yang sedang berlangsung, sekedar menanyakan bagaimana perkembangan kegiatan pun tidak pernah kami terima. Dari segi penonton pun setali-tiga uang kondisinya, yang menjadi penonton yang para peserta dan orang tua atau wali dari peserta yang tampil pada saat itu. Kalau anaknya tidak tampil, jangan harap mereka akan ikut meramaikan.
3. Turnamen olahraga lebih sepi dari kuburan
Meskipun kami hanya membuka turnamen level se-desa kami saja, kami tentu berharap ada partisipasi dari masyarakat untuk meramaikan kegiatan ini. Tujuan kami tidak lain dan tidak bukan sebagai sarana silaturahmi seluruh masyarakat, karena sangat sulit melihat masyarakat dalam kelompok besar berkumpul di satu lokasi.
Lantas apa yang terjadi ? jangankan untuk berpartisipasi langsung, misalnya menjadi bagian dari pemain yang bermain, untuk sekedar datang dan menyaksikan pertandingan pun hanya segelintir orang saja. Mereka lebih asik untuk berkumpul secara berkelompok di beberapa titik tertentu dari pada berkumpul secara bersama di pinggir lapangan untuk menyaksikan pertandingan. Berbagai upaya telah kami lakukan untuk menarik minat mereka untuk hadir, tapi hasilnya tetap nihil.
4. Olahraga itu tidak penting
Manusia normal mana yang beranggapan bahwa olahraga itu tidak penting ? Tapi, ya begitulah kenyataan yang kami terima, ada yang mengatakan didepan mata kami sendiri, dia mengatakan bahwa olahraga itu tidak penting !! lebih gilanya lagi, yang mengucapkannya itu adalah salah satu warga yang memiliki jabatan di daerah kami berdomisili. Terkesan aneh bukan ? tidak perlu heran karena ini adalah ucapan yang nyata dan terdengar nyaring di telinga kami.
Lalu, jika memang benar olahraga itu tidak penting, lantas apa yang harus kami lakukan? Apakah mabuk-mabukan, balapan liar, atau justru tauran ??
5. Penggunaan dana ADD yang dipertanyakan
Berita negatif lainnya yang diedarkan lagi-lagi oleh satu seorang yang juga memiliki jabatan tentang Karang Taruna. Orang tersebut menyebarkan kabar bahwa dana ADD yang diterima oleh Karang Taruna tidak jelas digunakan untuk apa. Padahal jumlah yang diterima oleh Karang Taruna tidaklah kecil. Taukah kalian bahwa berita tersebut disebarkan tanpa terlebih dahulu bertanya kepada kami, kami gunakan untuk apa dana ADD yang kami terima tersebut. Padahal jelas, pembukuan dari dana yang kami terima tersebut digunakan untuk apa saja.
6. Saat daerah lain terlebih dahulu menghargai dan mendukung
Ketika tim olahraga kami mengikuti sebuah kejuaraan yang dilangsungkan diluar lingkungan kami, warga ditempat kami berdomisili seakan tidak peduli dengan tim kami. Hanya sekadar pertanyaan basa-basi yang keluar dari ucapan mereka ketika melihat kami akan pergi bertanding. Iya, hanya ucapan dan tanpa dukungan nyata dari mereka dari sisi lapangan.
Ketika tim kami secara perlahan menampilkan penampilan yang menjanjikan dan menapak babak yang lebih jauh, tim kami mendapatkan dukungan dan pujian, tebak dari siapa kami menerimanya? Maaf, jika kalian menebak dari warga kami kalian salah besar, karena kami justru menerima dukungan dan pujian tersebut dari warga di luar lingkungan kami. Seperti yang umum terjadi, dimana ada gula disitu ada semut, setelah mendengar dukungan dan pujian dari orang lain, warga di lingkungan kami berbondong-bondong untuk memberikan dukungan terhadap tim kami. Entah ada hubungannya atau tidak, disaat mendapat dukungan yang (seperti tidak) ikhlas dari warga sendiri, tim kami justru mengalami kekalahan dan yang kami terima setelah itu hanyalah kritikan tanpa solusi!
Ini hanyalah sebagian kecil dari banyaknya hal yang mengabarkan status kami, ada tapi tidak ada. Jika pun harus dijelaskan semua permasalahannya, mungkin kalian akan bosan dan jenuh untuk membacanya karena saking banyaknya permasalahan yang kami alami. Untuk sementara mungkin hanya inilah duka yang bisa kami bagikan bersama kalian, jika kelak ada kesempatan kalian akan menemukan kembali cerita kami.
Sebelum menutup, jika kalian mengira keluh kesah yang kami tuangkan disini adalah bagian dari rasa frustrasi kami, kalian salah. Kami masih memiliki mimpi, dihadang oleh situasi bagaimanapun, Karang Taruna kami akan terus berdiri dan berjaya pada suatu saat nanti.
Salam terakhir dari kami, apa kabar Karang Taruna Indonesia ?
0 Comments
Terimakasih telah mengunjungi Blog Nuzil.
Semoga informasi yang ada di blog ini bermanfaat.